Efek Pemanasan Global

Perubahan iklim dunia merupakan tantangan yang paling serius yang dihadapi pada abad 21. Pemanasan Global (Global Warming) adalah peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan atmosfer dan permukaan bumi. Pemanasan global dapat terjadi karena adanya efek rumah kaca yang dapat mengakibatkan meningkatnya suhu yang diakibatkan oleh methane (CH4), dinitrogen oksida (N2O), chlorofluorocarbon (CFC), hydrochlorofluorocarbon (HCFC), hydrofluorocarbon (HFC) maupun karbon dioksida (CO2). Meningkatnya suhu ini akan dapat mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim.

Khususnya emisi CO2 berasal dari beberapa sumber dilihat dari beberapa sektor, yaitu sektor energi: pemanfaatan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas secara berlebihan dalam berbagai kegiatan merupakan penyebab utama dilepaskannya emisi CO2 ke atmosfer. Dan penggunaan alat-alat elektronik seperti AC, TV, komputer, penggunaan kendaraan bermotor dan kegiatan industri merupakan contoh kegiatan manusia yang meningkatkan emisi CO2 di atmosfer.

Salah efek pemanasan global beracuan pada emisi CO2 yang disebabkan karena penggunaan energi listrik dari chiller.

 Emisi CO2

Emisi CO2 adalah buangan atau hasil dari gas – gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran atau penggunaan energi yang mengandung karbon. Karbon dioksida (CO2) diserap oleh tumbuh-tumbuhan yang dengan bantuan sinar matahari diubah menjadi karbohidrat yang berupa gula, pati, serat dan keju. Benda-benda yang dihasilkan itu digunakan untuk makanan, pakaian, perumahan dan bahan bakar bagi manusia. Di daerah pedalaman yang berpenduduk tidak padat, kegiatan industry belum banyak dan pohon-pohon hijau masih menutupi sebagaian besar permukaan bumi, sehingga masih didapati keseimbangan antara pembuangan limbah dan kemampuan alam mengolahnya kembali. Dengan kata lain terdapat keseimbangan antara kegiatan manusia dan daya dukung lingkungan. Akan tetapi industry yang makin banyak, lalu lintas yang padat dan pohon-pohon makins sedikit. Keseimbangan disini terganggu sehingga terjadi pembungan limbah yang melebihi batas kemampuan alam untuuk mengolahnya kembali. Lingkungan yangdikatakan tercemanr (pencemaran udara) disebabkan oleh terdapatnya zat kimia di dalam lingkungan di atas ambang batas yang ditentukan seperti halnya untuk CO2 sebesar 315 ppm berarti kadar CO2 di udara tidak boleh lebih dari 315 ppm, artinya tiap tiap udara tidak boleh mengandung lebih dari 315 mgCO2 (Mohammad Ramlan, 2002). Pada suatu bangunan Emisi CO2 yang dihasilkan beracuan pada energi listrik yang digunakan, dimana pada suatu sistem chiller tipe water cooled dengan kapasitas besar untuk energi listrik pasti sangat banyak digunakan dan dari hal itu penulis ingin mengetahui pengaruh performansi chiller tersebut terhadap emisi CO2 dan upaya untuk menurunkannya. Selain itu emisi CO2 juga dapat berpengaruh pada pemanasan global dimana semakin banyak CO2 yang dihasilkan akan dapat berdampak buruk terhadap lingkungan diseluruh planet bumi ini. Maka dari itu harus diukur, dikontrol, dan dihitung adapun rumusnya yang sudah ditetapkan adalah sebagai berikut:

emisi CO2 = EC. EF

Dimana; 

EC = konsumsi energi

EF = faktor emisi jaringan ketenaga listrikan

Berdasarkan data yang sudah ditetapkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan 

Nasional (BAPPENAS) pada buku pedoman teknis perhitungan baseline emisi gas rumah kaca sector berbasis energi, Untuk daerah pulau Bali, Jawa dan Madura memberikan sumbangsih faktor emisi jaringan ketenaga listrikan terhitung sebesar 0,725 kgCO2/kWh